My Quote

“It is better to Light a Candle than to Curse the Darkness
by Eleanor Roosevelt

2/29/2016

"APPLE vs FBI: Pertarungan Antara Privasi dan Keamanan Nasional"


FBI versus APPLE
(http://static.trustedreviews.com/94/000037a78/dbcc_orh370w630/applefbi.jpg)





Pendahuluan

Pada 2 Desember 2015 di daerah San Bernardino, California telah terjadi aksi penembakan oleh dua teroris yang mengakibatkan 14 orang meninggal dan 22 orang mengalami luka serius dan hal ini segera ditanggapi oleh Federal Bureau of Investigation (FBI) dengan melakukan investigasi kontra-teroris pada 3 Desember 2015. Berdasarkan informasi dari direktur FBI, James B. Comey, hasil investigasi FBI menemukan bahwa pelaku merupakan ekstrimis (homegrown violent extremisit) yang terinsprisai oleh kelompok teroris asing setelah mendapatkan informasi radikal (poison on the internet) dan berkomitmen untuk melakukan jihad dan kesyahidan. Pada 9 Februari 2016, FBI mengumumkan bahwa FBI tidak dapat mengakses handphone milik salah satu dari pelaku teroris, dikarena iPhone 5C menggunakan passcode yang merupakan suatu fitur keamanan canggih, sehingga FBI tidak bisa mengetahui isi dari iPhone tersebut. Oleh sebab itu FBI meminta Apple untuk membantu membuka passcode tersebut dengan cara membuat iOS versi khusus yang bisa diinstal dan dijalankan pada random access memory (RAM) untuk melumpukan beberapa fitur keamanan yang ada, namun tanggapan Apple justru menolak hal tersebut. FBI menanggapi keputusan Apple yang menolak permintaan untuk bantuan investigasi dengan melaporkan hal tersebut pada Hakim Federal Amerika Serikat (AS), sehingga lebih lanjutnya pembahasan keputusan dilaksanakan dalam persidangan yang memandatkan Apple untuk membuat dan menyediakan program yang diminta oleh FBI berdasarkan pada All Writs Act of 1789.



Alasan Apple Untuk Tetap Bertahan

Berdasarkan hasil wawancara CEO Apple, Tim Cook dalam acara World News Tonight mengatakan bahwa menciptakan program backdoor untuk mengetahui data pengguna dapat berdampak buruk bagi AS. Lebih lanjut, Apple dengan tegas untuk menentang perintah tersebut karena lebih memilih untuk melindungi data dan privasi pengguna. CEO Apple tersebut mengatakan bahwa segala informasi perlu untuk dilindungi dari hacker dan criminal yang ingin mengakses, mencuri, dan menggunakannya tanpa sepengetahuan dari Apple. Konsumen mengharapkan Apple dan berbagai perusahaan teknologi untuk melakukan berbagai daya yang Apple miliki untuk melindungi informasi pribadi pengguna, dan Apple sangat berkomitmen untuk menjaga data konsumen. Tim Cook mengumpamakan jika program tersebut layaknya penyakit kanker yang mematikan dan tidak akan pernah mau menciptakan penyakit berbahaya seperti itu. Apple khawatir jika menuruti pemerintah berarti memberikan amunisi bagi pemerintah untuk terus melakukan hal yang sama untuk perangkat iPhone yang lain. Dalam sebuah surat terbuka kepada para konsumen, Tim Cook menjelaskan bahwa sejak iOS 8 diluncurkan, program untuk membuka iPhone tidak pernah ada dan kalau pun ada Apple harus membuatnya terlebih dahulu, namun Apple tidak yakin jika itu adalah solusi yang paling tepat. Bila program tersebut jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab, maka bisa dipastikan bahwa jutaan iPhone di seluruh dunia akan terancam bahaya.


Ilustrasi dari kemelut antara Apple dan FBI
(http://www.truthdig.com/images/made/images/cartoonuploads/8FE01F87-883E-47B7-B4FE-D80F36F65724_590_396.jpg)


Berbagai Langkah FBI Untuk Mengakses iPhone Pelaku Teroris

Berdasarkan sumber berita NBC News tanggal 16 Februari 2016 menjelaskan bahwa Hakim Federal AS meminta Apple untuk memberikan akses enkripsi data pada iPhone yang digunakan oleh salah satu pelaku penembakan di San Bernardino kepada para investigasi. Pemerintah AS menjelaskan jika berdasarkan pada United States v. New York Telephone Co., dimana pengadilan memiliki kekuatan hukum untuk meminta bantuan teknis dari perusahaan pembuat telepon untuk mengakses daftar panggilan yang ada. Pemerintah masih belum berhasil melakukan investigasi karena tidak dapat mengakses iPhone yang isinya terenkripsi. Jaksa mengatakan bahwa FBI membutuhkan bantuan Apple untuk mengakses data dari telepon tersebut untuk mencari tahu siapa saja yang berkomunikasi dengan pelaku penembakan dan siapa yang telah membantu rencana dan melaksanakan aksi pembunuhan tersebut.


Berbagai Reaksi dari Masyarakat


Beragam reaksi yang muncul di masyarakat dalam menanggapi kasus perseteruan antara Apple dan FBI. Ada yang setuju dan ada pula yang tidak setuju. Berdasarkan hasil survei oleh Pew Research Center yang dikutip pada sumber berita CNET menunjukkan bahwa 51 persen responden setuju jika Apple harus mengikuti perintah dari peradilan, sedangkan 38 persen mengatakan perusahaan tidak membuka iPhone. Namun disisi yang lain, Reuters poll melakukan survei lebih lanjut dan mendapatkan hasil jika 46 persen responden setuju dengan posisi dari Apple dan 35 persennya tidak setuju. Beberapa reaksi dari masyarakat muncul, seperti menurut Simon Segars, CEO ARM yang mengatakan bahwa penggunalah yang memiliki data dan penggunalah yang harus menentukan siapa yang dapat mengakses itu dan siapa yang tidak. Menurut Alexander Vasconcelos, eksekutif dari Sikur mengemukakan jika ia akan merasa tidak nyaman meskipun informasi itu tidak penting namun diambil oleh pemerintah ataupun orang jahat. Lebih lanjutnya, Tim Cook berpendapat jika Apple merupakan perusahaan Amerika yang unik. Apple tidak merasa berhak untuk berada di sisi yang berlawanan dengan pemerintah dalam kasus yang berfokus pada kebebasan dan kemerdekaan yang pemerintah dimaksudkan untuk melindungi hal-hal tersebut. Donal Trump, salah seorang pebisnis sukses AS dan salah satu kandidat Presiden AS dari partai Republik justru berpendapat jika langkah Apple itu sangat salah dan menyebutkan akan memboikot produk dari Apple sampai Apple setuju untuk membuka telepon dari pelaku penembakan tersebut. Hal senada juga disampaikan oleh Matt Olsen, mantan direktur National Counter-Terrorism Center mengatakan bahwa ini merupakan jenis kasus dimana perusahaan seperti Apple harus menunjukkan bahwa mereka perusahaan yang baik dan mematuhi perintah pengadilan yang benar”.



Keputusan Akhir


Tim Cook mengirim email kepada para pekerja Apple yang berisi ucapan terima kasih atas dukungannya dan memberikan tawaran alternatif kepada pemerintah yang menginginkan akses dari iPhone yang mengancam kebebasan sipil bagi semua orang. Lebih lanjut Tim Cook mengatakan jika pemerintah menyatakan pada persidangan untuk memerintahkan Apple membuat program yang dapat menetralkan fitur keamanan yang Apple buat pada iPhone dalam menanggapi masalah privasi konsumen. CEO Apple tersebut mengatakan dengan membuat versi baru dari sistem operasi iPhone, dengan sebutan nama “GovtOS”, membutuhkan lebih dari 10 engineers bekerja bersama untuk 2-4 minggu. Sebuah sistem operasi yang tidak dapat bisa untuk dihapus dan masyarakat serta lembaga Federal pun akan menginginkan akses tersebut. “Sekali dibuat, teknik tersebut dapat digunakan berkali-kali pada banyak perangkat. Dalam dunia real, teknik itu setara dengan master key, mampu membuka ratusan juta kunci dari restoran dan bank hingga toko dan rumah. Tidak ada alasan bagi orang untuk menemukan hal itu agar diterima”.


"Yang dipertaruhkan
adalah keamanan data ratusan juta orang
yang taat hukum"
oleh Tim Cook, CEO Apple



Thank you :)
May God bless you..